Kondisi Umum Kota

Kota Bandar Lampung adalah ibu kota Provinsi Lampung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera. Kota ini memiliki peran strategis sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, dan pariwisata. Dengan keberagaman budaya dan potensi ekonomi yang besar, Bandar Lampung menjadi salah satu kota penting di Indonesia bagian barat.

Karakteristik Wilayah

Luas dan Batas Wilayah

Luas wilayah Kota Bandar Lampung adalah sekitar 197,22 km² dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

  • Utara: Kabupaten Lampung Selatan
  • Timur: Laut Jawa
  • Selatan: Teluk Lampung
  • Barat: Kabupaten Pesawaran

Kota Bandar Lampung terdiri dari 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Jumlah penduduk terus meningkat dengan sebaran yang bervariasi di setiap wilayah.

Peta Kota Bandar Lampung
Letak dan Kondisi Geografis

Kota Bandar Lampung merupakan kota strategis yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera pada posisi geografis antara garis 5°20’ – 5°30’ Lintang Selatan dan 105°28’ – 105°37’ Bujur Timur. Sebagai ibu kota Provinsi Lampung, kota ini memiliki peran penting sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, industri, pendidikan, dan pariwisata di wilayah provinsi.

Kedudukannya yang strategis pada jalur penghubung antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai salah satu pintu gerbang utama Sumatera. Fasilitas transportasi seperti Pelabuhan Panjang, Terminal Rajabasa, Bandar Udara Radin Inten II, dan jaringan Jalan Tol Trans Sumatera semakin memperkuat peran kota ini sebagai simpul aktivitas pembangunan dan gerbang perekonomian.

Peta Transportasi Bandar Lampung
Topografi

Kota Bandar Lampung memiliki bentang alam yang beragam dengan ketinggian 0 hingga 700 mdpl. Wilayah selatan yang berbatasan dengan Teluk Lampung didominasi dataran rendah dan pesisir, sedangkan bagian utara dan barat merupakan daerah perbukitan yang berfungsi sebagai resapan air dan konservasi lingkungan.

Topografi Bandar Lampung
Geologi

Jika ditinjau dari kondisi geologi, Kota Bandar Lampung memiliki struktur batuan yang cukup beragam karena wilayahnya mencakup area pesisir, dataran rendah, hingga perbukitan. Keberagaman ini memberikan karakteristik tersendiri terhadap bentang alam dan pemanfaatan lahan kota. Secara umum, geologi Kota Bandar Lampung terdiri dari tiga kelompok utama batuan, yaitu batuan endapan permukaan (alluvium), batuan vulkanik, dan batuan sedimen tua. Dari ketiga kelompok tersebut, komposisi yang paling dominan adalah batuan vulkanik yang berasal dari aktivitas vulkanisme masa lampau, terutama dari Gunung Betung dan pegunungan di sekitarnya, yang membentuk sebagian besar wilayah perbukitan di bagian barat dan utara kota. Batuan ini memiliki sifat yang relatif keras dan kuat, sehingga wilayah tersebut cocok untuk fungsi konservasi dan kawasan resapan air. Di bagian selatan dan pesisir, terutama pada kecamatan seperti Teluk Betung Selatan, Panjang, dan Teluk Betung Barat, didominasi oleh batuan endapan permukaan (alluvium) berupa pasir, kerikil, dan lumpur hasil proses sedimentasi sungai serta laut. Batuan ini lebih lunak dan cenderung tidak stabil, sehingga memerlukan pengelolaan khusus untuk pembangunan infrastruktur, terutama di daerah pelabuhan dan pesisir. Selain itu, di beberapa wilayah tengah kota, seperti Tanjung Karang Pusat, Tanjung Karang Timur, dan Way Halim, terdapat lapisan batuan sedimen tua yang merupakan hasil endapan laut purba dan material vulkanik yang telah mengalami proses pelapukan selama ribuan tahun. Berdasarkan analisis komposisi batuan, sekitar 50% wilayah Kota Bandar Lampung didominasi oleh batuan vulkanik, 35% berupa batuan endapan permukaan, dan 15% sisanya berupa batuan sedimen tua. Kondisi ini mempengaruhi perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur, serta pemetaan potensi bencana seperti tanah longsor dan penurunan muka tanah di kawasan pesisir. Peta persebaran geologi Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada ilustrasi berikut:

Hidrologi dan Hidrogeologi

Kondisi hidrologi di suatu daerah dapat ditinjau dari dua aspek utama, yaitu air permukaan dan air tanah. Kota Bandar Lampung sebagai kota pesisir memiliki sejumlah sumber daya air yang penting bagi kebutuhan masyarakat, baik yang berasal dari sungai maupun dari cadangan air tanah. Air Permukaan Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bandar Lampung didominasi oleh aliran sungai dan anak sungai yang bermuara ke Teluk Lampung. Beberapa sungai utama yang melintasi kota ini antara lain Sungai Way Kuripan, Way Belau, Way Simpur, Way Lunik, Way Balau, dan Way Kandis. Sungai-sungai tersebut berperan penting dalam mengalirkan air hujan dari daerah perbukitan di bagian utara kota menuju kawasan pesisir di bagian selatan. Sungai-sungai ini memiliki debit air yang bervariasi tergantung musim. Pada musim hujan, debit sungai meningkat signifikan sehingga berpotensi menimbulkan banjir, terutama di daerah dataran rendah seperti Teluk Betung, Panjang, dan sebagian Sukarame. Sebaliknya, pada musim kemarau debit air cenderung menurun sehingga beberapa sungai mengalami penyusutan aliran. Untuk pengelolaan sungai, wilayah Kota Bandar Lampung dibagi ke dalam beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang saling terhubung. Sungai-sungai ini bukan hanya menjadi jalur drainase alami tetapi juga berfungsi sebagai sumber bahan baku air bersih bagi perusahaan daerah air minum (PDAM). Namun, kualitas air permukaan di beberapa sungai mulai mengalami penurunan akibat aktivitas domestik, industri, dan pembuangan limbah tanpa pengolahan yang memadai. Air Tanah Selain air permukaan, air tanah juga memiliki peran yang sangat vital dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat. Akuifer di wilayah Bandar Lampung terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu akuifer bebas (dangkal) dan akuifer tertekan (dalam). Akuifer bebas umumnya ditemukan pada kedalaman sekitar 3–15 meter, terutama di wilayah dataran rendah. Penduduk di daerah ini banyak memanfaatkan air tanah dari akuifer bebas melalui sumur gali untuk kebutuhan sehari-hari. Akuifer tertekan berada pada kedalaman lebih dari 40–80 meter, dengan kualitas air yang relatif lebih baik dan bersifat tawar. Akuifer ini banyak dimanfaatkan oleh PDAM dan sektor industri sebagai sumber utama air bersih. Potensi air tanah di Kota Bandar Lampung cukup besar, terutama di wilayah utara dan barat yang merupakan daerah perbukitan. Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas pembangunan, eksploitasi air tanah yang berlebihan dapat memicu penurunan muka air tanah serta menimbulkan masalah lingkungan seperti intrusi air laut di kawasan pesisir. Tantangan Pengelolaan Perubahan tata guna lahan dan meningkatnya urbanisasi menyebabkan tekanan terhadap sumber daya air semakin besar. Kawasan hulu yang semula berfungsi sebagai daerah resapan kini banyak beralih menjadi permukiman dan area industri, sehingga mengurangi kemampuan alami tanah dalam menyerap air hujan. Hal ini meningkatkan risiko banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan terpadu yang mencakup konservasi daerah resapan, pengendalian pencemaran sungai, dan pemanfaatan air tanah secara berkelanjutan. Pendekatan ini diharapkan dapat menjaga ketersediaan dan kualitas sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandar Lampung di masa sekarang dan mendatang.

Klimatologi

Kondisi klimatologi Kota Bandar Lampung memiliki karakteristik yang sama dengan sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu dipengaruhi oleh dua musim utama sepanjang tahun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim Penghujan Musim penghujan di Kota Bandar Lampung umumnya terjadi pada periode November hingga Mei, ketika angin bertiup dari arah barat laut yang membawa banyak uap air dari laut. Pada periode ini, curah hujan sangat tinggi, bahkan lebih dari 70% dari total curah hujan tahunan turun di bulan-bulan ini. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Januari sebesar 325 mm dengan rata-rata 15 hari hujan. Pada bulan Februari dan Maret, curah hujan masih tinggi yaitu 264 mm dan 253 mm. Hal ini menjadikan awal tahun sebagai periode yang rawan banjir terutama di wilayah dataran rendah dan daerah pesisir seperti Teluk Betung, Panjang, dan Sukarame. Musim Kemarau Musim kemarau terjadi pada periode Juni hingga September, ditandai dengan berkurangnya curah hujan secara signifikan. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan hanya 77 mm dan rata-rata 5 hari hujan. Pada bulan Juni dan Juli, curah hujan juga rendah yaitu sekitar 106–107 mm, sehingga beberapa wilayah mengalami kekurangan pasokan air bersih. Suhu Udara Suhu udara di Kota Bandar Lampung relatif stabil sepanjang tahun dengan kisaran yang tidak terlalu jauh: Suhu rata-rata harian: sekitar 27,1°C, dengan variasi bulanan antara 26,4°C (Januari) hingga 28,2°C (Oktober). Suhu maksimum rata-rata: tertinggi pada Oktober yaitu 33°C dan terendah pada Juli yaitu 30,5°C. Suhu minimum rata-rata: berkisar 22,1°C hingga 23,4°C sepanjang tahun. Kondisi suhu yang stabil ini mendukung aktivitas perkotaan, namun pada periode puncak musim kemarau suhu terasa lebih panas dan lembap. Kelembapan Udara Kelembapan udara di Bandar Lampung cukup tinggi, mencerminkan karakteristik iklim tropis: Kelembapan tertinggi: mencapai 85% pada bulan Januari. Kelembapan terendah: terjadi pada bulan Agustus yaitu sekitar 76%. Kondisi kelembapan tinggi ini menyebabkan udara terasa lebih panas dan menimbulkan efek gerah, terutama di daerah padat penduduk. Penyinaran Matahari Rata-rata lama penyinaran matahari di Kota Bandar Lampung juga berfluktuasi sepanjang tahun: Penyinaran terlama: terjadi pada September dengan rata-rata 267 jam per bulan. Penyinaran terendah: terjadi pada Januari yaitu sekitar 152 jam per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pada musim penghujan, intensitas sinar matahari berkurang karena tertutup awan, sementara pada musim kemarau penyinaran cenderung lebih panjang dan terik.

Data Kecamatan dan Kelurahan

Berikut data lengkap mengenai kecamatan dan kelurahan di Kota Bandar Lampung, termasuk kode Kemendagri, kode pos, dan daftar kelurahan.

Kode Kemendagri Kecamatan Kode Pos Jumlah Kelurahan Daftar Kelurahan
18.71.20 Bumi Waras 35224-35227 5
  • Bumi Raya
  • Bumi Waras
  • Garuntang
  • Kangkung
  • Sukaraja
18.71.19 Teluk Betung Timur 35235-35237 6
  • Keteguhan
  • Kota Karang
  • Kota Karang Raya
  • Perwata
  • Sukamaju
  • Way Tataan
18.71.18 Kedamaian 35126-35129 7
  • Bumi Kedamaian
  • Kalibalau Kencana
  • Kedamaian
  • Tanjung Agung Raya
  • Tanjung Baru
  • Tanjung Gading
  • Tanjung Raya
18.71.17 Enggal 35117-35118 6
  • Enggal
  • Gunung Sari
  • Pahoman
  • Pelita
  • Rawa Laut
  • Tanjung Karang
18.71.16 Langkapura 35152-35155 5
  • Bilabong Jaya
  • Gunung Agung
  • Gunung Terang
  • Langkapura
  • Langkapura Baru
TOTAL 126 -
Sarana